KENALI GEJALA TBC PADA ANAK



Anak yang tengah dalam masa pertumbuhan bisa saja mengalami hambatan, karena sering sakit-sakitan.Pertumbuhan yang terhambat bisa menyebabkan stanting. Salah satu penyebab anak sering sakit yaitu karena penyakit infeksi. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang bisa menyerang anak. Apalagi penyakit ini di Indonesia masih merupakan penyakit endemis karen sayangnya, tuberkulosis sering diidentikkan dengan kekurangan gizi, mereka yang tinggal di daerah kumuh, atau kemiskinan.
Penyakit ini bukan hanya bisa terjadi pada orang dewasa, tetapi dapat juga terjadi pada anak-anak. Alhasil banyak yang merasa gengsi atau malu ketika seseorang mengalami penyakit ini. Tidak hanya orang dewasa yang perlu mewaspadai TBC. Terlebih khusus anak-anak harus mewaspadai penyakit ini. Penyakit ini bisa timbul oleh anak yang mengisap udara yang mengadung kuman TBC. Beberapa gejala awalnya adalah si kecil gampang jatuh sakit, batuk terus-terusan, atau berat badan turun tanpa sebab.
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular. TBC pada anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi, kuman ada di dalam kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di paru-paru dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas. Sehingga pada saat batuk, percikan ludahnya akan mengandung kuman. Kuman inilah yang biasanya terhisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru. Hal inilah yang membuat semakin banyak anak-anak yang terinfeksi dengan TBC.
Sementara itu masalah kurang gizi pada anak menjadi salah faktor yang sangat penting akan terjadinya penularan TBC yang meningkat pada anak-anak. Penyakit kurang gizi bahkan gizi buruk tidak hanya diderita anak yang hidup di bawah garis kemiskinan. “Mereka yang mampu juga bisa terkena penyakit ini. Penyebab kurang gizi tidak sebatas kemiskinan. “Bisa juga karena problem pencernaan yang tidak dapat menyerap asupan gizi secara baik,”. Balita penderita kurang gizi biasanya disertai penyakit penyerta seperti tuberculosis (TBC) dan bronkhitis. Hal ini tentu tidak terlepas dari peranan orang tua dimana sering kali terjadinya kurang gizi pada anak adalah keengganan orang tua untuk membawa balitanya ke posyandu untuk diperiksa perkembangan kesehatannya.
Menurut perkiraan WHO pada tahun 1999, jumlah kasus TB baru di Indonesia adalah 583.000 orang per tahun dan menyebabkan kematian sekitar 140.000 orang per tahun. WHO memperkirakan bahwa TB merupakan penyakit infeksi yang paling banyak menyebabkan menyebabkan kematian pada anak dan orang dewasa. Jumlah seluruh kasus TB anak dari tujuh Rumah sakit (RS) Pusat pendidikan d Indonesia adalah 5 tahun (1998-2002) adalah1086 penyandang TB dengan angka kematian yang bervariasi dari 0%-14,1%. Kelompok usia terbanyak adalah 12-60 bulan (42,9%), sedangkan untuk bayi <12 bulan didapatkan 16,5%.
Sumber: Kompasiana dan Dr. Darryl Virgiawan Tanod
Share: